Cara Mengatasi Depresi Pada Anak (2)
Mengapa Anak Mudah
Dilanda Depresi ?
Jika diperhatikan, depresi ini sebenarnya dapat terjadi karena
masalah yang umum terjadi dalam kehidupan. Bahkan ironisnya, depresi bisa
muncul hanya karena masalah yang menurut kebanyakan orang adalah masalah sepele
saja. Seperti sering diejek dan dijadikan objek olok-olokan teman, atau
dikucilkan teman. Namun masalah tersebut dianggap serius dan menjadi
beban yang luar biasa berat
Apabila diamati, penyebab depresi diakibatkan oleh banyak
faktor, bukan hanya terletak pada masalah yang dihadapi dan bagaimana pola
pikir dan kepribadian anak. Secara garis besar, penyebab depresi pada
anak dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu :
Pertama, faktor psikologis.
·
· Sumber masalah yang menjadi pencetus
·
· Pola pikir dalam menyikapi dan menanggapi faktor pencetus
·
· Karakter kepribadian anak
Kedua, faktor biologis.
·
· Faktor keturunan
·
· Faktor ketidakseimbangan zat-zat kimiawi dalam otak
Secara psikologis, jenis masalah yang dapat membuat anak depresi
ini bersangkut paut atau berhubungan dengan hal-hal mengenai ketidakmampuan
diri, perbedaan diri, perpisahan diri dan bentuk-bentuk penolakan yang
dirasakan anak. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan anak merasa kehilangan
pegangan atau tempat berlindung, terpukul, kesepian, hingga ia putus asa karena
tidak tahu harus berbuat apa. Anak merasa tidak berdaya menghadapi masalah yang
menghimpitnya.
Depresi ini muncul karena bertumpuknya masalah sehari-hari atau
anak mengalami suatu kejadian yang membuatnya trauma. Sementara itu
masalah penolakan yang ia rasakan akibat perlakuan orang tua, saudara, teman
maupun lingkungan pergaulan membuat anak merasa tak berarti. Perasaan
ketidakberdayaan inilah yang menyebabkan anak menjadi depresi.
Anak yang mengalami depresi tak mampu mencari penyelesaian
terhadap masalah yang menghimpitnya. Hal ini dapat menimbulkan
pikiran-pikiran negatif untuk mencari jalan pintas dalam menyelesaikan
masalahnya, seperti pikiran untuk mengakhiri hidup atau melakukan suatu
tindakan yang membahayakan dirinya.
Ketidakmampuan anak dalam menganalisa masalah yang dihadapinya
karena kurangnya pengetahuan, pengalaman dan anak cenderung memiliki pandangan
negative thinking (pikiran negatif) terhadap diri sendiri. Anak merasa
selalu tak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Anak berpikiran
negatif terhadap masalah yang dihadapinya. Anak merasa terpojok, tak
berdaya dan tak berarti apa-apa.
Karakter kepribadian anak inipun turut menentukan mudah tidaknya
anak terserang depresi. Anak yang memiliki karakter tertutup, akan
memiliki kecenderungan selalu memendam dan menumpuk masalah, padahal setiap
orang mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan maslah sendiri. Oleh
karenanya anak yang memiliki karakter tertutup cenderung memiliki tipe negative
thinking, sehingga lebih mudah terserang depresi.
Masalahnya adalah, anak selalu menilai negatif pada kemampuan
diri sendiri, merasa tidak mampu, sehingga menjadi anak yang pesimis dan hopeless.
Jika anak dihadapkan pada suatu masalah dan anak terlebih dahulu sudah pesimis
serta suka memendam masalahnya, tak heran jika ia mudah sekali terserang
depresi.
Secara biologis, anak yang mudah terserang depresi ini juga
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika anak secara garis keturunan ke
atas ada yang mengalami depresi (bisa jadi bapak, ibu, kakek atau neneknya),
besar kemungkinan suatu saat anak mudah mengalami depresi juga.
Faktor biologis lainnya yaitu ketidakseimbangan zat kimiawi di
otak yang menjadi faktor pencetus depresi. Dalam tak manusia itu banyak
sekali zat-zat kimiawi yang mempengaruhi tingkat emosi seseorang. Jika
zat-zat kimiawi dalam otak tersebut tidak seimbang, emosi seseorang menjadi
labil. Dengan kondisi emosi yang labil tersebut, jika anak dihadapkan
pada suatu persoalan, anak tidak akan dapat berpikir dengan baik. Bahkan
bisa saja menjadi down atau tertekan.
Penyebab
ketidakseimbangan zat-zat kimiawi dalam otak dapat terjadi karena adanya
kekurangan zat tertentu dalam otak. Misalnya kekurangan unsur air (H2O)
dapat membuat sirkulasi darah di otak tidak lancar, sehingga orang gampang
terserang sakit kepala. Anak yang dalam kondisi labil tersebut tentu
tidak siap untuk menghadapi masalah, sehingga mudah mengalami stres.