”Iya nih, lucu aja. Makanya ganti ah, kalau yang biasa kan kayaknya enggak seru,” ujar mahasiswa Program Pascasarjana Unpad ini kepada ”PR”.
Apriel mengaku memakai kawat gigi hanya untuk bergaya. ”Enggaklah, gigi aku kan sudah bagus sih sebenarnya. Tapi karena pengen nyoba, ya dicobain aja. Walaupun agak ribet juga sih pada awalnya,” ucap Apriel.
Lain Apriel, lain Abi. Lajang yang bekerja di salah satu bank swasta daerah di Sumedang ini mengaku memakai kawat gigi karena ada gigi taring yang tidak simetris dengan bentuk gigi-gigi yang lain.
”Oleh karena itu, Abi coba pasang kawat gigi. Lumayan sih, harus lebih telaten dari biasanya,” ujar Abi yang juga satu kelas dengan Apriel. Apriel dan Abi hanya dua orang dari banyak pemakai kawat gigi.
Menurut Kepala Instalasi Gigi dan Mulut RSAI & Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Gigi FK Unisba drg. H.R. Ginanjar Aslama M., dari lima orang yang datang ke tempatnya, tiga orang di antaranya untuk tujuan estetika gigi.
Menurut Ginanjar, ada dua tujuan seseorang saat konsultasi ke Instalasi Gigi & Mulut RSAI. Pertama, untuk pemeriksaan kesehatan gigi dan kedua untuk kecantikan (estetika) gigi. Bila pertama kali pasien datang bentuk giginya kurang proporsional dan dianjurkan untuk memakai behel, pasien tersebut akan datang lagi dan meminta memasang behel.
Itu artinya, kata Ginanjar, tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan ataupun estetika gigi sudah baik. Dari hampir semua pasien yang datang, umumnya telah memahami pentingnya menjaga dan merawat kesehatan gigi.
Berkenaan dengan tren fixed orthodonti (kawat gigi) warna-warni, Ginajar mengatakan, sudah cukup lama diminati masyarakat. Namun, kecenderungan itu kini semakin meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terutama di kalangan perempuan.Pasien perempuan yang ingin memasang kawat gigi mencapai 80 persen.
Mereka berasal dari kalangan menengah atas dengan latar belakang ekonomi cukup mapan dan pendidikan memadai, sebab pemasangan kawat gigi itu nantinya berkaitan dengan biaya pemasangan dan perawatan.
Kendati demikian, masih banyak masyarakat yang asal pasang. Mereka tidak memperhitungkan bahaya cara pemasangan dan bahan yang digunakan tidak tepat. Apalagi, saat ini juga banyak jenis kawat gigi, termasuk aksesorinya yang dijual lepas di pasaran.
Dari pemantauan di lapangan, banyak media online yang menjual seperangkat peralatan kawat gigi tinggal pasang. Selain itu, di berbagai mal bertebaran aksesori kawat gigi yang dijual murah dengan kisaran harga antara Rp 7.500 s.d. Rp 25.000 dengan beragam warna seperti merah muda, kuning, biru, oranye, hijau, ungu, dll.
Menurut SPG (sales promotion girl) salah satu toko aksesori, para pembeli aksesori kawat gigi tersebut sebagian besar remaja berusia antara 12-17 tahun. ”Ada yang bisa dipasang sendiri, ada juga yang minta dipasang sama tukang gigi atau dokter gigi,” ujarnya mengomentari pelanggannya.
Menyikapi fenomena tersebut, Youri Adrinata Sayuto, Sp.Ort, menjelaskan, pemasangan kawat gigi tidak bisa dilakukan sembarangan. Kawat gigi sama halnya dengan jarum suntik, pemakaiannya harus berdasarkan resep dokter dan dilakukan oleh dokter gigi ahli orthodonti.
Pemasangan kawat gigi yang dianjurkan secara medik, menurut Youri, dilakukan bertahap melalui serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu. Pertama, harus dipastikan bahwa oral hygiene (kesehatan mulut) kondisinya memang baik.
Kesehatan mulut ini meliputi kepastian tidak ada karang gigi, tidak ada caries gigi, dan tidak ada akar gigi yang tersisa. Bila ada gigi yang harus dicabut untuk menyesuaikan letak dan posisi gigi pada saat diarahkan oleh kawat gigi, harus dicabut dulu.
Setelah semua faktor kesehatan mulut dinyatakan bagus, dilakukan pemotretan panoramic dan chepalometri. Pemotretan bertujuan untuk menyesuaikan bentuk gigi yang dikehendaki dengan raut wajah. Dari hasil foto inilah dokter akan menghitung bagaimana bentuk dan posisi terbaik pemasangan kawat gigi yang sesuai dengan keinginan dan keadaan klien.
Menurut dia, ada banyak pola pemasangan kawat gigi, bisa bulat, kotak, atau persegi, bergantung raut wajah klien yang akan dipasang. Pola ini disesuaikan pula dengan ras bangsa-bangsa tertentu. Untuk orang-orang Eropa dan Asia, polanya berbeda.
Seusai penghitungan, baru dalam tempo 1-2 minggu pemasangan dilakukan. Seminggu pascapemasangan, pasien harus kontrol. Sebelum dan setelah kontrol, pasien harus memastikan tetap menjaga kebersihan dan kesehatan mulut.
Ada banyak jenis kawat gigi, begitu pula dengan harga dan biaya pemasangannya, bergantung pada bahan dan kelengkapan pemeriksaan sebelum pemasangan. Satu unit (paket) kawat gigi terdiri atas bracket, bands (ring), kawat besar dan kecil, ditambah beberapa aksesori.Bahan kawat gigi beragam, ada stainless steel, keramik, atau plastik.
Bahan yang terbaik, bergantung selera. Namun bracket plastik sudah tidak dianjurkan.
Harga satu paket peralatan dan pemasangan kawat gigi yang direkomendasikan dokter ahli berkisar antara Rp 5,5 juta s.d. Rp 6,5 juta. Ada juga yang berkisar Rp 11 juta. Biaya ini belum termasuk biaya pemasangan, seperti membersihkan karang gigi, menambal, atau lainnya.
Sementara kawat gigi yang dijual bebas di pasaran, termasuk di online, berkisar antara Rp 1 juta sampai Rp 2,5 juta. Di tukang gigi lebih murah lagi, antara Rp 250.000 s.d. Rp 2 juta. Namun tidak dapat dipastikan apakah kawat gigi ini sesuai dengan raut wajah dan keamanannya terjamin.
Satu paket itu, kata Youri, harus lengkap karena bracket berfungsi untuk mengarahkan gigi pada pola yang diinginkan. Bands atau ring atau cincin berfungsi untuk mengikat geraham sebagai fondasi gigi yang harus tetap ajeg. Bracket diikat menjadi satu menggunakan kawat-kawat besar atau kecil sesuai dengan kebutuhan dan kondisi gigi.
Kawat-kawat pengikat ini, kata Youri, dulu tidak berwarna dan bentuknya biasa saja (lurus). Namun agar tidak bosan dan tujuannya sekarang lebih banyak untuk estetika, kawat pengikat ini dibuat warna-warni. Bahkan behel (bracket) pun ada dua jenis, ada yang dapat dipasang lepas atau bracket permanen.
Pemilihan jenis ini biasanya disesuaikan dengan keinginan klien dan kondisi klien. Bila gigi banyak yang tidak rata (Sunda: karehol) dan kondisinya sangat parah, biasanya dilakukan pemasangan permanen. Tetapi bila anak-anak remaja yang masih dalam usia pertumbuhan, biasanya menggunakan kawat gigi lepasan.
”Itu sudah cukup, asal perawatannya dilakukan secara benar. Gosok gigi teratur dan sebersih mungkin. Bila perlu, lakukan setiap setelah selesai makan. Jangan mengonsumsi makanan-makanan tertentu dan tetap menjaga kebersihan,” tutur drg. Youri.
Hal itu, kata dia, berhubungan erat dengan tingkat keberhasilan yang dicapai. Kalau kliennya rajin menjaga kesehatan dan rajin konsultasi, hasilnya akan bisa sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, bila pasien itu sembarangan saja, bisa jadi malah tidak memuaskan.
Hasil pemasangan kawat gigi baru dapat dirasakan setelah 2-3 tahun pemasangan. Setelah masa itu pun, klien tetap mendapat pengawasan dokter. Ini agar ajegan posisi gigi yang diinginkan tidak berubah lagi.
Kalau pemasangan kawat gigi untuk tujuan estetika yang didasari adanya pemahaman kesehatan, kata Youri, memang lama. Berbeda dengan yang hanya mengikuti tren dan tidak dilakukan berdasarkan aturan medis. Bisa lebih cepat dan tidak melalui serangkaian pemeriksaan panjang.
”Oleh karena itu, saya pesankan masyarakat harus semakin hati-hati. Jangan sampai karena murah, cepat, dan ingin gaya malah melakukan hal yang berbahaya,” tuturnya menganjurkan. (dok. ”PR”, 12/6/11)***
0 comments:
Post a Comment
Komen yang bijak sangat di nantikan...! Terimakasih..